Aku, teraktivasi dari kumpulan kerja sama gen yang disentuh lingkungan duniawi.
Aku, secara naluri menggunakan seluruh aspek diri, mempertahankan aktivasi hidup yang diberi.
Aku, entah sejak kapan mengklasifikasi beda diri dengan sekitar, sadar akan pembatas intra dan inter.
Aku, merasa sombong menggunakan fungsi luhur tertinggi, mulai berani mencari tak hanya sekadar diberi.
Aku yang kini mulai berlari, melesat tak terkendali.
Aku yang melambung tinggi, mendadak terhempas ke dasar oleh gravitasi.
Aku yang penyangkal tingkat tinggi, tak peduli berpikir di tengah lautan api.
Aku yang menyala menerangi seluk-beluk negeri, mencari yang tak pasti hingga akhirnya berpikir untuk kembali.
Ya, aku... si pencari jati diri yang berujung tersesat merasa frustasi.
Hisashiburi...
Hai, sepertinya pandemi telah menyelamatkan sisi kehidupan yang hampir saya hapus dalam memori. Well, mari kita lihat sudah sejauh apa perubahan gaya menulis saya? Tenang aja, saya gak bakal formal dan akan pake gaya bahasa kasual setelah ocehan buntu sok puitis yang di atas.