KUAS TAK BERTINTA ------ Let's Think and Do It

Senin, 14 Mei 2018

Metaphor: Kisah Sang Sakit


Namanya Sakit. 

Dia selalu mengalah dan muncul di akhir sebuah kisah. Kisah perih bertinta darah, kisah perih bewarna air mata. 

Sakit yang hancur memecah bagaikan kaca, Sakit yang lebur di titik panas tertinggi. Dia tau semua benci, tapi dia tidak bisa memilih. Bukan, dia tak mungkin memilih.

Sabtu, 31 Maret 2018

Metaphor: Negeri Seribu Wajah


Masih kuingat dalam memori, bagaimana kedua orang tuaku mengajarkan cara memahami orang lain lewat ekspresi. Pelajaran penting sebagai manusia si makhluk sosial. Mengerti orang lain dengan membaca air muka, cara yang sederhana dan mudah. Identifikasi, klasifikasi, dan simpulkan.

Senyum melambangkan kebahagiaan, tangis melambangkan kesedihan, marah melambangkan kekesalan, dan lain-lain. Sudah merupakan persepsi umum bahwa ekspresi mengungkapkan suasana hati.

Apa yang kau lakukan saat bahagia? Tersenyum. Saat sedih? Menangis. Saat kesal? tentu saja amarah akan meluap. 

Sangat mudah mengklasifikasi mana kebahagiaan dan kesedihan. Keduanya memiliki batas perbedaan yang jelas dari pengamatan segi ekspresi terhadap situasi.


Senin, 08 Januari 2018

Opinion: Berpikir Bahwa Berpikir


Aku berbeda dari orang lain. Tentu saja, hal tersebut merupakan pernyataan klise. Sudah jelas bahwa setiap orang itu berbeda. Dari hal terkecil macam gen sampai pola pikir otak mereka. Mereka tidak bisa memilih susunan basa nitrogen dalam DNA sebelum dilahirkan, kan? Membuat permintaan khusus ingin dikandung ibu siapa, ayah yang bagaimana, dan lainnya. Mereka hanya bisa menerima. Terkesan sangat tak adil, bukan?

Tapi terkadang ada yang mengganjal pikiranku... Siapa yang sebenarnya tidak adil? Tuhan yang menciptakan kita tanpa memberikan opsi untuk memilih atau kita sendiri sebagai manusia ciptaannya?