Hai...
Sorry not sorry saya selalu kembali mengisi blog ini dengan opini. Opini pribadi, tanpa data, murni perasaan.
Beberapa bulan belakangan, saya mencoba keluar dari zona nyaman. Berusaha menjadi anak super sosial, berusaha keras menjalin komunikasi sebanyak mungkin dengan siapapun, dan mulai menyadari macam-macam emosi yang ada di sekitar saya. Ada banyak kehidupan lain yang menarik selain hidup saya sendiri rupanya. Hahaha, hidup dalam kepala sendiri terkadang membosankan dan saya pikir tamasya ke zona luar cukup menyenangkan.
Saya bermain peran. Mencoba mereverse kepribadian. Saya mencoba menjadi ekstrovert, begitu terbuka terhadap beberapa hal. Kaget dengan sensasi lega sesaat sebelum akhirnya mulai menyesal menceritakan beberapa hal pribadi (yang walau sebenarnya bukan tergolong privasi bagi saya. Tenang saja, saya paham batasannya) pada orang lain. Mencoba lebih mengobservasi dunia luar, menyikapi sesuatu dengan spontan, walau tetap ada sedikit planning. Yang terpenting, saya mencoba bereksperimen dengan perasaan... mencoba merasakan perasaan orang normal. Menyenangkan, tapi melelahkan.
Saya tak menyangka bahwa...
Menyadari akan adanya berbagai emosi dalam diri itu ternyata.... sangat aneh dan terasa asing bagi diri saya.
Tenang saja, saya bukan orang dengan bipolar. Saya sadar sepenuhnya ketika memutuskan untuk berada dalam fase A, B, C, dan seterusnya. Mungkin saya harus mendeskripsikan diri sebagai normal yang abnormal?